EDUACATION

Belajarlah Akan Mengenal Arti Pendidikan Walaupun Hanya Sedikit Tetapi Amalkanlah.

Sabtu, 05 Juni 2010

EDUACATION: Mengenang 7 Hari Ibu Tercinta

EDUACATION: Mengenang 7 Hari Ibu Tercinta

mngenal arti pendidikan.dalam mendidik siapapapun harus mempunyai kesbaran yang tinggi,karena sebenarnya kesabaran itu tidak pernah ada batasnya ,bagi siapa yang bekerja sebagai pendidik atau seorang guru tidak salahnya belajar terus dan terus bersabar.

Senin, 31 Mei 2010

mngenal arti pendidikan.dalam mendidik siapapapun harus mempunyai kesbaran yang tinggi,karena sebenarnya kesabaran itu tidak pernah ada batasnya ,bagi siapa yang bekerja sebagai pendidik atau seorang guru tidak salahnya belajar terus dan terus bersabar.

Senin, 26 Oktober 2009

Cara Efektif Mendisiplinkan anak

Di dalam Islam, Rasulullah SAW sudah mengajarkan dan memberikan “guidance” kepada kita bagaimana cara kita mendidik anak-anak kita. Ada beberapa cara yang bisa kita jadikan rujukan utama untuk mendidik anak-anak kita.

1. Mendidik dengan keteladanan
Setiap anak akan belajar dari lingkungan di mana dia berada. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah kita memberi keteladanan kepada anak-anak kita. Satu-satunya teladan yang menjadi panutan kita adalah Rasulullah SAW. kemarahan.
2. Mendidik dengan kebiasaan
Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak dibiasakan bangun pagi, anak dibiasakan Sholat Shubuh, dsb. Pembiasaan itu harus kita mulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca al Qur’anpun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Sehingga dalam Islam pembiasaan shalatpun juga sudah dimulai sejak anak berumur 7 tahun.
3. Mendidik dengan nasehat
Anak sebagai wujud manusia kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka pun dilahirkan dalam keadaan yang bersih dan suci. Hatinya yang putih dan lembut itupun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Menasehati akan lebih berkesan daripada memarahi. Itu pulalah yang dicontohkan oleh rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.
4. Mendidik dengan hukuman
Di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama tidak berlebihan dan menimbulkan efek jera kepada anak agar tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi dendam.

Wallahu’alam bishawab.

Label:

cara mendisiplinkan anak

cara mendisiplinkan anak merupakan persoalan yang paling penting dan mendesak di antara yang lain. Anak amanah bagi orang tuanya, sebab hatinya yang suci laksana permata tak ternilai yang belum dipakai atau dibentuk. Ia menerima segala bentuk yang ditorehkan dan condong kearah mana saja dicondongkan. Jika diajarkan kebaikan, maka akan didapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sedangkan jika dibiasakan dan diajarkan kejahatan akan tumbuh liar bagaikan hewan, tentu akan celaka. Allah SWT berfirman, Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka. Seorang ayah mungkin berusaha melindungi anaknya di dunia, namun jauh lebih penting melindungi anaknnya dari api neraka. Caranya adalah dengan mendisiplinkannya, mendidiknya dan mengajarinya tentang kebaikan akhlak serta melindunginya dari teman-teman yang berperangai buruk. Tidak memanjakannya, dan tidak membuatnya menggandrungi kemewahan dan kemegahan duniawi. Oleh karena itu, hendaklah orang tua selalu memperhatikan anaknya sejak usia dini sehingga tidak akan diizinkan untuk minum/makan yang berasal dari makanan haram, sehingga tidak diperoleh keberkahan dalam hidupnya, yang dapat membentuk wataknya yang buruk sehingga cenderung melakukan perbuatan yang tercela.
1. Hendaklah perhatian ditingkatkan saat tanda kecerdasan tampak dalam diri anak. Tanda yang pertama adalah rasa malu, sebab ketika mulai merasa malu terhadap perbuatan tertentu, inilah karunia Allah yang merupakan pertanda baik yang menunjukkan keseimbangan akhlaknya dan ketulusan hatinya.
2. Hendaklah dididik dari sifat rakus terhadap makanan, misalnya harus mengambil makanan dengan tangan kanannya, mengajarkannya mengucapkan Bismillah ketika mulai makan, makan dari tempat terdekat dengan dirinya, tidak merebut makanan orang lain, serta ditanamkan rasa tidak suka makan makanan dalam porsi yang besar karena banyak makan membuat seseorang menjadi tidak ada bedanya dengan hewan. Kepadanya harus ditanamkan rasa senang memberikan makanan yang lebih baik untuk orang lain dan dianjurkan untuk bersikap wajar terhadap makanan dan tidak mencela makanan yang kurang enak.
3. Hendaknya ditanamkan rasa suka terhadap pakaian putih daripada warna lain atau kain sutera, sehingga terjaga dari kebiasaan hidup mewah, bersenang-senang dan mengenakan pakaian mahal. Sesungguhnya anak yang sejak kecil kurang diperhatikan biasanya akan tumbuh dengan perangai yang buruk, pendusta, pendengki, keras kepala, suka mencuri, memfitnah, bercanda dan tertawa berlebihan, licik dan amoral.
4. Hendaknya disibukkan oleh kegiatan mempelajari Al-Quran, hadist dan riwayat-riwayat tentang orang-orang yang baik, untuk menumbuhkan dalam jiwanya rasa cinta terhadap orang-orang saleh. Kemudian ketika sifat baik dan amal saleh ditunjukkan, maka harus diberikan apresiasi yang menggembirakan hatinya. Tetapi sebaliknya, jika melakukan hal yang buruk, hendaklah seakan-akan diabaikan, disembunyikan, tidak diungkapkan ke orang lain. Seandainya ia mengulangi
perbuatan itu sekali lagi, maka harus dimarahi tanpa sepengetahuan orang dan disadarkan bahwa perbuatannya itu cukup serius.
5. Hendaklah orangtua tidak terus-menerus memarahi anak, sebab membuatnya kebal akibatnya tetap melakukan perbuatan buruk. Hendaknya seorang ayah menjaga kewibawaan ucapannya dan hanya memarahi bila tidak ada pilihan lain. Ibulah yang memperingatkan anak dengan menyebut ayahnya.
6. Hendaklah dilarang tidur siang hari, karena dapat menimbulkan sikap malas. Harus dibiasakan untuk berjalan, bergerak dan berolahraga pada siang hari sehingga terbebas dari rasa malas. Janganlah anak dibiarkan gemuk karena akan sulit menjauhi sikap manja. Sebaliknya, hendaknya dibiasakan mengenakan pakaian dan makan makanan sederhana.
7. Hendaknya dilarang melakukan sesuatu secara diam-diam, sebab akan terbiasa melakukan perbuatan buruk. Hendaknya dilarang membanggakan harta orangtuanya, namun dibiasakan bersikap rendah hati, pemurah dan santun dalam berbicara. Hendaknya dilarang menerima apapun dari anak lain, sebaliknya kepadanya harus diajarkan bahwa kemuliaan terletak pada sikap memberi. Hendaknya kepada anak diajarkan tentang keburukan mencintai dan ketamakan terhadap emas, perak.
8. Hendaklah dibiasakan untuk tidak meludah, menguap atau menyusut ingus di hadapan orang lain, tidak memunggungi siapapun, menyilangkan kaki, menopang dagu atau mengganjal kepalanya dengan tangannya, karena perbuatan semacam itu menunjukkan kemalasan. Haruslah diajari mengenai cara duduk dan dilarang untuk terlalu banyak berbicara. Hendaklah dilarang bersumpah terhadap sesuatu, baik benar maupun salah. Sebaiknya diajari mendengarkan dengan cermat setiap kali orang yang lebih tua berbicara dan bangkit dari duduknya setiap kali orang yang lebih tua masuk, menyediakan tempat untuknya. Hendaklah dilarang berbicara seenaknya, mengutuk, menghina seseorang atau bergaul dengan orang yang demikian. Kebiasaan buruk akan muncul dari teman sepergaulan yang buruk. Dan sesungguhnya prinsip pendidikan adalah menjauhkannya dari teman sepergaulan yang buruk.
9. Hendaklah setelah mengikuti pelajaran, agar diizinkan bermain dan diberi kesempatan beristirahat, untuk mencegah anak menguras tenaga untuk selalu belajar yang akan mematikan hatinya, merusak kecerdasannya dan menghambat gairah hidupnya.
10. Hendaknya diajarkan sikap patuh terhadap orangtua, guru dan orang yang lebih tua.
Kemudian ketika anak mencapai usia remaja, hendaknya tidak melalaikan kewajiban berwudhu dan shalat serta diperintahkan berpuasa di bulan Ramadhan. Diingatkan bahwa makanan hanya sarana mempertahankan kesehatan dan bahwa tujuannya menjadikan seorang manusia kuat menjalankan ibadah kepada Allah SWT, mengingat tak satupun yang kekal didalamnya serta kematian akan memutus kenikmatannya. Sesungguhnya, dunia hanyalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal abadi. Akhiratlah yang merupakan tempat tinggal abadi. Sesungguhnya kematian menanti setiap saat, karenanya orang yang cerdas dan berakal adalah orang yang menyiapkan bekal di dunia untuk keperluan di akhirat sehingga beroleh derajat yang tinggi di sisi Allah dan kebahagiaan melimpah di surga. Jika pendidikan pada masa anak baik,

Label:

berbagai banyak cara mendidik di antaranya

Mendidik Anak yang Baik Sesuai Al-Qur'an
Cara Mendidik Anak yang Baik Sesuai Al-Qur’an

Dalil anjuran mendidik

Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.(QS Luqman : 12)

Label:

mngenal arti pendidikan.dalam mendidik siapapapun harus mempunyai kesbaran yang tinggi,karena sebenarnya kesabaran itu tidak pernah ada batasnya ,bagi siapa yang bekerja sebagai pendidik atau seorang guru tidak salahnya belajar terus dan terus bersabar.
pendidikan atau tarbiyah berasal dari kata "rabaa-yarbuu-riban wa rabwah" yang berarti "berkembang, tumbuh, dan subur". Dalam Al Qur''an, kata "rabwah" berarti bukit-bukit yang tanahnya subur untuk tanam-tanaman. Lihat QS: Al Baqarah:265. Sedangkan kata "riba" mengandung makna yang sama. Lihat QS: Ar Ruum:39.
Dengan pengertian ini jelas bahwa mendidik atau "rabba" bukan berarti "mengganti" (tabdiil) dan bukan pula berarti "merubah" (taghyiir). Melainkan menumbuhkan, mengembangkan dan menyuburkan, atau lebih tepat "mengkondisikan" sifat-sifat dasar (fithrah) seorang anak yang ada sejak awal penciptaannya agar dapat tumbuh subur dan berkembang dengan baik. Jika tidak, maka fithrah yang ada dalam diri seseorang akan terkontaminasi oleh "kuman-kuman" kehidupan itu sendiri. Kuman-kuman kehidupan inilah yang diistilahkan oleh hadits tadi dengan "tahwiid" (mengyahudikan) "tanshiir" (menasranikan) dan "tamjiis" (memajusikan). Pada hadits yang lain disebutkan "ijtaalathu as Syaithaan" (digelincirkan oleh syetan).
Kuman-kuman kehidupan atau meminjam istilah hadits lain "duri-duri perjalanan" (syawkah) tentu semakin nyata dan berbahaya di zaman dan di mana kita hidup saat ini. Masalahnya, apakah kenyataan ini telah membawa kesadaran bagi kita untuk membentengi diri dan keluarga kita? "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kamu dan keluarga-keluarga kamu dari api neraka" (QS: At Tahriim:6).